Tuesday, June 19, 2012

Halim Perdana Kusuma



Sekilas Lanud Halim Perdanakusuma

Berawal dari Konfrensi Meja Bundar di Den Haag antara Pemerintah Belanda dan Indonesia tanggal 23 Agustus 1949, Pangkalan Udara Cililitan dengan segala fasilitas yang ada diserahkan ke Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Upacara penyerahan dilakukan 20 Juni 1950 didepan Base Operation Pangkalan Udara Cililitan
Kasau komodor Udara S. Suryadarma yang menerima penyerahan itu dan ditandai dengan penurunan bendera Belanda merah-putih-biru untuk digantikan bendera Indonesia merah-putih. Tiga hanggar yang saat itu ikut diserahkan dan saat sekarang ini masih ada adalah hanggar Skadron 31, Skadron 17, dan hangar Skatek 021. Disamping itu ada pula perkantoran, gudang-gudang, bengkel dan rumah sakit serta perumahan. Nama Cililitan pada 17 Agustus 1952 diganti dengan nama seorang pahlawan TNI Angkatan Udara, Marsekal Muda TNI (Anumerta) A. Halim Perdanakusuma. Surat Keputusan KSAU Nomor : 76 Tahun 1952 adalah dasar penggantian nama itu.
Pangkalan TNI AU (Lanud) Halim Perdanakusuma yang secara keseluruhan memiliki daerah seluas 1.700 hektar adalah satu dari enam Lanud kelas A (utama) Lanud Halim Perdanakusuma memiliki landasan pacu sepanjang 3000 meter.
Sejak tahun 1977 sampai sekarang sudah tercatat 33 Perwira TNI AU pernah memimpin pangkalan ini. Lanud Halim dipimpin seorang Perwira Tinggi berpangkat Marsekal Pertama TNI (Bintang Satu). Dari 33 Komandan Lanud Halim Perdanakusuma itu, tiga diantaranya berhasil menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KASAU), yakni Marsekal TNI Soekardi, Marsekal TNI Siboen, dan Marsekal TNI Sutria Tubagus.
Kalau ada yang mengatakan bahwa Lanud Halim Perdanakusuma merupakan pangkalan terlengkap adalah benar. Disamping memiliki sebuah Organisasi Wing, Tiga Skadron Udara dan satu Skadron Teknik. Pangkalan ini ditempati lebih 20 satuan lain TNI/TNI AU termasuk ada disana Markas Komando Operasi TNI AU I (Makoopsau I), Markas Komando Pendidikan TNI AU (Makodikau), Markas Komando Pertahanan Udara Nasional (Makohanudnas), Markas Komando Sektor Hanudnas I (Makosek Hanudnas I), Dinas Survei dan Pemotretan Udara (Dissurpotrudau), Dinas Psikologi TNI AU (Dispsiau), dan Rumah Sakit Pusat TNI AU (Ruspau) “dr. Esnawan Antariksa”.
Didaerah Lanud Halim Perdanakusuma terdapat pula PAP II Cabang Bandara Halim Perdanakusuma (Sipil) dan Universitas S. Suryadarma (Unsurya). Lanud Halim Perdanakusuma juga merupakan pintu keluar masuknya tamu-tamu negara yang datang sebagai tamu resmi Pemerintah RI. Pejabat negera RI sendiri, baik itu perjalanan keluar negeri maupun kunjungan kedaerah, selalu menggunakan Lanud Halim Perdanakusma sebagai tempat keberangkatan maupun kedatangan. Skadron Udara 17 VVIP/VIP merupakan Skadron yang menyiapkan pesawat-pesawat untuk digunakan oleh Pejabat Tinggi Negara termasuk Presiden dan Wakil Presiden.
Dalam kaitan operasi militer TNI, Lanud Halim Perdanakusuma merupakan pangkalan tolak bagi pasukan-pasukan tempur dari semua Angkatan maupun Pasukan Pengamanan dari Polri, kedudukan Skadron 31 Angkut Berat dengan pesawat Hercules pengangkut pasukan, menyebabkan Komandan Wing I Lanud Halim Perdanakusuma berfungsi sebagai Komandan Satgas Udara Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC).
Kesibukan sebagai pimpinan Lanud Halim Perdanakusuma masih dibebani pula tugas pembinaan dibidang olah raga kedirgantaraan, selaku Ketua Federasi Aero Sport Indonesia Daerah (Fasida) DKI Jakarta

Belanda Menyerahkan Pangkalan Cililitan

Tanggal 20 Juni 1950 ada upacara serah terima yang dilaksanakan di apron base oparation Pangkalan Udara Cililitan. Pihak Militaire Luchvaart (ML) menyerahkan Pangkalan Udara Cililitan dan KSAU Komodor Udara Surjadi Suryadarma mewakili Angkatan Udara RI (AURI) untuk menerima penyerahan itu. Acara itu berlangsung lancar, karena memang pihak ML mentaati hasil Konfrensi Meja Bundar yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda.
Konfrensi yang berakhir 23 Agustus 1949 itu diikuti oleh Pemerintah Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia yang baru empat tahun merdeka. Hasil konfrensi itu antara lain bahwa ML harus menyerahkan semua Pangkalan Udara yang ada di Indonesia kepada AURI, salah satunya Pangkalan Udara Cililitan. Pangkalan yang diserahkan berikut semua fasilitas yang ada termasuk pesawat-pesawat terbangnya.
Dari fasilitas di Lanud Cililitan yang ikut diserahkan terdapat bangunan-bangunan, hanggar, kantor, gudang-gudang, perumahan anggota termasuk Rumah Sakit. Diantara bangunan itu yang masih ada sampai tahun 2003 ini antara lain Hanggar Skadron 31, Hanggar Skadron 17 dan Hanggar Skatek 021 yang merupakan bukti sejarah. Sementara bangunan lain sudah banyak mengalami perubahan.

Hampir 300 Pesawat Diserakan Kepada AURI

Masih dalam kaitan hasil Konfrensi Meja Bundar, AURI disamping menerima sejumlah Pangkalan Udara dari ML, juga menerima penyerahan hampir 300 buah pesawat terbang bekas pakai ML dari delapan jenis. Jumlah itu terdiri dari 25 pesawat pembom B-25 Mitcchell, 29 pesawat angkut C-47 Dakota, 30 pesawat pemburu P-51 Mustang, 74 pesawat latih lanjut AT-16/T-6G Harvard, 46 pesawat latih dasar BT-13 Valiant, 62 pesawat latih mula L-47 Piper Cub, 22 pesawat latih / pengintai Auster Aiglet dan sembilan pesawat Amphibi PBY-5 Catalina. Penyerahan pesawat-pesawat itu dilakukan di pangkalan Udara Cililitan bersamaan dengan acara penyerahan Pangkalan Udara Cililitan tanggal 20 Juni 1950.

Pesawat Pembom Merah Putih Pertama

Kalau pada tanggal 27 Oktober 1945, sebuah pesawat Cureng beridentitas Merah Putih diterbangkan oleh Pak Adisutjipto di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta, maka pada tanggal 29 April 1950 sebuah pesawat pembom B-25 Mitchell dengan nomor registrasi M-456 milik ML diserahkan kepada AURI. Pesawat yang berada di Hanggar 3 ML itu sudah beridentitas merah-putih, hari itu ditarik untuk dipindahkan ke Hanggar I AURI. Petugas penariknya adalah seorang tehnisi (flight engineer) bernama Sersan Udara Z. Palmelay. Di Hanggar I AURI, pesawat itu kemudian diperiksa secara teliti oleh para tehnisi sebagai bagian dari rencana penerbangannya pada esok harinya. Untuk rencana penerbangan pesawat pembom beridentitas Merah-Putih untuk pertama kalinya itu, disiapkan seorang Captain Pilot Letnan Udara I PGO. Noordraven, Co-Pilot Letnan Muda Udara I RJ. Ismail, flight engineer Sersan Udara Z. palmelay dan seorang juru radio Sersan Udara Hasibuan.
Pada tanggal 30 April 1950 pagi hari, sebuah bomber B-25 Mitchell M-156 dengan lambang bendera Merah-Putih diekornya, mulai lepas landas di landasan pacu Pangkalan Udara Cililitan. Pesawat itu terbang dengan mulus diatas Pangkalan dan sekitar angkasa Jakarta selama 1 jam dan mendarat dengan selamat. Hari itu sebuah pesawat pembom AURI terbang untuk pertama kali di angkasa negaranya sendiri dan diawaki oleh bangsanya sendiri. Setelah itu, dengan pesawat yang sama diawaki Captain Pilot RJ. Ismail dan Co-Pilot Letnan Udara Satu Patah serta tiga awak lainnya Sersan Hasibuan, Sersan Palmelay dan Kopral Udara Manapa ditugaskan untuk membantu Panglima Teritorium IV di Makassar untuk melaksanakan operasi bantuan udara
Masih dengan pesawat pembom B-25 Mitchell M-456 ditugaskan untuk mengantar KSAU Komodor Udara S. Suryadarma ke Singapura, menghadiri peringatan Hari Jadi RAF tanggal 9-10 Desember 1950 di Pangkalan Udara Changi. Para awak B-25 adalah Letnan Muda Udara I RJ. Ismail (Pilot), Letnan Udara I Suharsono Hadinoto (Copil), Sersan Udara Z. Palmelay, Sersan Udara Agus dan Sersan Udara Slamet.

Skadron Udara Dibentuk

Dari delapan jenis pesawat terbang yang diserahkan ML kepada AURI dengan jumlah yang hampir 300 buah itu. Kemudian dipikirkan penempatannya. Melalui penetapan KSAU Nomor : 2811 / KS / 1951 tanggal 21 Maret 1951, dibentuk Group Operasional yang berisi empat Skadron Udara bagi pesawat-pesawat yang berada di Pangkalan Udara Cililitan, Jakarta, yaitu Skadron I Pembom pesawat B-25 Mitchell, Skadron Udara III Pemburu pesawat P-51 Mustang. Skadron Udara IV Pengintai pesawat Auster dan Piper Cub dan Skadron V Angkut Operasional pesawat C-47 Dakota dibentuk di Pangkalan Udara Andir, Bandung dengan nama Djawatan Angkutan Udara Militer (DAUM).
Baru sebulan Skadron-Skadron Group Operasional terbentuk, menyusul Penetapan KSAU Nomor 28A/II/KS/1951 dengan susunan Skadron udara yang baru, yaitu Skadron I Pembom pesawat B-25, Skadron II Angkut pesawat C-47 Dakota. Skadron III Pemburu pesawat P-51 Mustang, Skadron IV Pengintai Darat pesawat Auster dan Skadron V Pengintai Laut pesawat PBY-5A Catalina.

Lanud Tjililitan Menjadi Lanud Halim Perdanakusuma

Melalui Surat Keputusan KSAU Nomor : 76/ 48/ PEN-2/52 tanggal 17 Agustus 1952, maka nama Pangkalan Udara Tjililitan diganti dengan Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma. Dalam surat keputusan itu, juga diubah nama tiga Pangkalan TNI AU yang lain yaitu Pangkalan TNI AU Maguwo di Yogyakarta menjadi Adisutjipto, Pangkalan TNI AU Bugis di Malang menjadi Abdulrachman Saleh dan Pangkalan TNI AU Andir, Bandung menjadi Husein Sastranegara.
Acara pergantian nama Pangkalan Tjililitan itu antara lain ditandai dengan pembukaan selubung nama Halim Perdanakusuma di pintu gerbang yang bentuknya masih sangat sederhana, bertepatan dengan acara peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-7.

Sumber:
http://tni-au.mil.id/content/lanud-halim-perdanakusuma-0

Rudal Anti Radar AGM-88 HARM


          Pada postingan saya yang sebelumnya membahas tentang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon yang diantaranya membahas spesifikasi dan rudal yang mampu diusung. Kali ini saya mengutip sebagian artikel dari majalah Angkasa edisi no.7 april 2012 pada artikel Aerotech yang membahas tentang rudal air to ground AGM-8 HARM dengan penulis Kol Pnb Agung “sharky” Sasongkojati.
Pertempuran modern tidak akan dimenangkan oleh pihak yang tidak mempunyai kemampuan pengendalian udara (control of the air) Untuk mencapai kemampuan ini maka harus dilaksanakan Operasi Lawan Udara Ofensif untuk menghancurkan kemampuan pengendalian udara lawan. Salah satunya dengan meluncurkan misi SEAD (Suppersion of Enemy Air Defence) guna menetralisir dan melumpuhkan system pertahanan udara lawan, khususnya radar dan rudal antipesawat.
            Tindakan dilaksanakan antara lain menghancurkan radar lawan dengan rudal antiradar. Rudal antiradar adalah alat penghancur yang digunakan pesawat untuk menetralisir atau menghancurkan asset elektronik lawan, baik peralatan radar peringatan dini(EWR), radar pengendali penyergapan(GCI), radar penjejak rudal antipesawat, radar system pengendali rudal antipesawat dan radar system pengendali arileri antipesawat. Tanpa penggunaan rudal antiradar maka operasi udara akan memakan waktu, sulit, dan mungkin mahal dengan hilangnya asset pesawat dan personel, karena banyaknya rudal antipesawat generasi baru saat ini.

Tembak dan Tinggalkan
            Rudal antiradar pertam kali digunakan di perang Vietnam. Ketika itu pesawat AU dan AL AS menembakan AGM-45 Shrike (Shirke berasal dari badan rudal Sparrow) yang cukup murah dan sederhana ke radar Vietnam Utara yang dibuat Uni Soviet. Rudal ini bekerja dengan mengarah pada transmisi dari radar Utara dan merusak atau menghancurkan antenna, radar, dan alat penerima/pemancar radara yang jadi sasaran, sehingga tidak bisa digunakan sampai diperbaiki atau diganti.
            Rudal AGM-88 HARM (High Sped Anti-Radiation Missile = rudal antiradar kecepatan tinggi) aalah rudal udara kepermukaab berkecepatan supersonic yang dirancang untuk mencari dan menghancurkan radar musuh yang menjadi bagian dari system pertahanan udara. AGM-88 dapat mendeteksi menyerang, dan menghancurkan target dengan keterlibatan awak pesawat yang minimal. Rudal akan mendeteksi dan mengejar arah pancaran emisi radar dari sasaran yang ada didarat atau radar terbang. Rudal ini memeiliki kemampuan membedakan antara pancaran radar sasaran yang dituju dengan pancaran dari sejumlah pancaran serupa didekat sasaran.
            System ini memeiliki antenna tetap dan kepala penjejak dihidung rudal untuk mengunci emisi radar musuh. Pesawat F/A-18 dan EA-68 milik Al dan korps Marinir AS memiliki kemampuan menggunakan AGM-88. Sedangkan setelah pensiunnya F-4G Wild Weasel, hanya F-16C AU AS yang bisa mengoperasikan AGM-88. Rual memiliki motor roket pendorong berupa propelan padat tanpa asap. Rudal versi B memiliki sensor penjejak dengan peningkatan kemampuan piranti lunak serta memori elektronik terprogram.
            AGM-88 mulai diproduksi secara penuh mulai Maret 1983 setelah disetujui Dewan Peninjau Pengadaan Sistem Pertahanan AS. AU melengkapi F-4G dengan AGM-88 untuk meningkatkan keampuhan dalam perang elektronik. Rudal bekerja menggunakan system peringatan dan penyerangan radar APR-47. Rudal itu merupakan proyek bersama AU dan AL AS. Selama ini HARM telah membuktikan kesuksesannya dalam menghancurkan radar lawan dalam berbagai operasi udara.
            AGM-88A/B HARM merupakan evolusi dari system rudal antiradiasi sebelumnya, yaitu AGM-45 Shrike dan STANDAR ARM. HARM menggabungkan berbagai fitur unggulan dari rudal anti radar sebelumnya sambil memberikan kemampuan tambahan untuk meningkatkan efektivitas operasional. Meskipun umumnya dalam penampilan dan misi dengan Shrike yang telah diproduksi lebih dari 25 tahun, AGM-88 HARM  beberapa kaki lebih panjang dari AGM-45 , memiliki diameter yang sedikit lebih besar secara keseluruhan.
            Sistem rudal terdiri dari peluru kendali, peluncur LAU-18 (V)1/A, pesawat peluncur, dan system avionic pembidikan. System senjata memiliki kemampuan mendeteksi, memperoleh, menampilkan, dan memilih pancaran radar ancaman dan meluncurkan rudal. HARM menerima parameter target berupa jarak dan posisi dari pesawat peluncuran sebelum penembakan. HARM menggunakan  parameter ini dan data posisi yang relevan untuk memproses arah pancaran radar lawan yang masuk sehingga bisa memandu rudal HARM pada sasaran diinginkan.
            Rudal HARM memiliki kemampuan terminal homing atau mengunci arah sasaran sehingga praktis bisa melakukan “tembak dan tinggalkan”. Fitur unggul tambahan diantaranya kecepatan tinggi, asap sedikit, motor roket kuat, dan system penjejak dengan kepekaan tinggi yang memungkinkan rudal untuk dengan mudah menyerang meski mendapat pancaran radar lawan yang lemah atau tidak terlalu jelas.

Sumber:
Majalah angkasa edisi no.7 april 2012

Softskill dan Hardskill

Apa Itu Softskill?
Softskills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Atribut soft skills, dengan demikian meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Atribut softskills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Namun, atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau merubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru.
Penulis buku-buku serial manajemen diri, Aribowo, membagi soft skills atau people skills menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang dalam ”mengatur” diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain. Adapun Interpersonal skills adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain.

Perbedaan softskill dan hardskill
Hard skill (kemampuan teknis) kemampuan yang kita miliki atau pelajari baik di kelas, mereka yang belajar dengan rajin, giat, dan tekun akan memperoleh kemampuan teknis yang baik, dicerminkan salah satunya dengan nilai atau ip (indeks prestasi) yang tinggi. Sifatnya visible karena ada benda yang dapat membuktikannya seperti ijazah sertifikat, dsb. Soft skills adalah seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Soft skills memuat komunikasi efektif, berpikir kreatif dankritis, membangun tim, serta kemampuan lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu.

Apa Hubungan Antara Soft Skill Dan Hard Skill Bagi Dunia Kerja Dan Dikuliah
Bukan hanya di lingkungan akademis kita di tuntut untuk mengembangkan sofkill kita, sebelum nantinya kita siap untuk memasuki dunia nyata (real word) tapi pengasahahan sofkill juga di dalam agama kita di suruh untuk mengasahnya keterampilan menjadi seorang yang profesional dan ahli di bidang yang digeluti. Hadist di atas menegaskan kita untuk membangun sebuah kemapuan baik itu Hardskill maupun Sofkill. Sukses meraih cita-cita dan karir di masa depan tidak hanya ditentukan oleh hardskill, seperti tingginya nilai indeks prestasi (IP), penguasaan teori serta terampil dalam mengoperasikan peralatan laboratorium dan perangkat berteknologi tinggi. Ada banyak cerita dari orang-orang yang tidak memiliki IP yang tinggi meraih sukses dalam kehidupannya, karena mereka mengandalkan pertumbuhan softskill. Istilah softskill memang tergolong baru terdengar, tetapi softskill merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang perlu ditumbuhkan dalam diri Anda, agar Anda dapat memotivasi diri dan orang lain, bertanggung jawab, membangun relasi, berkomunikasi, negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan, berkreasi, berinovasi dan berwirausaha, memimpin, membangun kerjasama, mengelola sumber daya dan lain sebagainya.

Apa Yang Dib Utuhkan Dari Lulusan Universitas Untuk Dunia Kerja?
Perusahaan tentu membutuhkan calon pekerja yang kemampuannya baik dan bisa dikatakan yang pertama dilihat itu IP, tetapi kemampuan dalam mengemukakan pendapat dan selalu berani tampil untuk mempersentasikan ide-ide kita itu juga salah satu faktor penting.perguruan tinggi tentunya memberikan ajaran atau gambaran untuk terjun ke dunia kerja dan dapat menciptakan lapangan kerja danmeningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lain-lain.

Sumber

Saturday, June 16, 2012

F-16 Fighting Falcon


F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics (lalu di akuisisi oleh Lockheed Martin), di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, dan akhirnya berevolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. Kemampuan F-16 untuk bisa dipakai untuk segala macam misi inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat. Pesawat ini sangat popular di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.
F-16 dikenal memiliki kemampuan tempur di udara yang sangat baik, dengan inovasi seperti tutup kokpit tanpa bingkai yang memperjelas penglihatan, gagang pengendali samping untuk memudahkan kontrol pada kecepatan tinggi, dan kursi kokpit yang dirancang untuk mengurangi efek g-force pada pilot. Pesawat ini juga merupakan pesawat tempur pertama yang dibuat untu menahan belokan pada percepatan 9g.
Pada tahun 1993, General Dynamics menjual bisnis produksi pesawat mereka kepada Lockheed Corporation, yang kemudian menjadi bagian dari Lockheed Martin setelah merger dengan Martin Marietta pada tahun 1995.

Varian
Varian F-16 ditandai oleh nomer blok yang menandakan pembaruan yang signifikan. Blok ini mencakup versi kursi tunggal dan kursi ganda.
F-16 A/B
F-16 A/B awalnya dilengkapi Westinghouse AN/APG-66 Pulse-doppler radar, Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, dengan 14.670 lbf (64.9 kN), 23.830 lbf (106,0 kN) dengan afterburner. Angkatan Udara AS membeli 674 F-16A dan 121 F-16B, pengiriman selesai pada Maret 1985.

Blok 1
Blok awal (Blok 1/5/10) memiliki relatif sedikit perbedaan. Sebagian besar diperbarui menjadi Blok 10 pada awal 1980-an. Ada 94 Blok 1, 197 Blok 5, dan 312 Blok 10 yang diproduksi. Blok 1 model awal produksi dengan hidung dicat hitam.

Blok 5
Diketahui kemudian bahwa hidung hitam menjadi identifikasi visual jarak jauh untuk pesawat Blok 1, sehingga warnanya diubah menjadi abu-abu untuk Blok 5 ini. Pada F-16 Blok 1, ditemukan bahwa air hujan dapat berkumpul pada beberapa titik di badan pesawat, sehingga untuk Blok 5 dibuat lubang saluran air.

Blok 10
Pada akhir 1970-an, Uni Soviet secara signifikan mengurangi ekspor titanium, sehingga produsen F-16 mulai menggunakan alumunium. Metode baru pun dilakukan: aluminum disekrup ke permukaan pesawat Blok 10, menggantikan cara pengeleman pada pesawat sebelumnya.

Blok 15
Perubahan besar pertama F-16, pesawat Blok 15 ditambahkan stabiliser horizontal yang lebih besar, ditambah dua hardpoint di bagian dagu, radar AN/APG-66 yang lebih baru, dan menambah kapasitas hardpoint bawah sayap. F-16 diberikan radio UHF Have Quick II. Blok 15 adalah varian F-16 yang paling banyak diproduksi, yaitu 983 buah. Produksi terakhir dikirim pada tahun 1996 keThailand. Indonesia memiliki varian ini sebanyak 12 unit.

Blok 15 OCU
Mulai tahun 1987 pesawat Blok dikirim ke dengan memenuhi standar Operational Capability Upgrade (OCU), yang mencakup mesin F100-PW-220 turbofans dengan kontrol digital, kemamampuan menembakkan AGM-65, AMRAAM, dan AGM-119 Penguin, serta pembaruan pada kokpit, komputer, dan jalur data. Berat maksimum lepas landasnya bertambah menjadi 17.000 kg. 214 pesawat menerima pembaruan ini, ditambah dengan beberapa pesawat Blok 10.

Blok 20
150 Blok 15 OCU untuk Taiwan dengan tambahan kemampuan yang serupa dengan F-16 C/D Blok 50/52: menembakkan AGM-45 Shrike, AGM-84 Harpoon, AGM-88 HARM, dan bisa membawa LANTIRN. Komputer pada Blok 20 diperbarui secara signifikan, dengan kecepatan proses 740 kali lipat, dan memori 180 kali lipat dari Blok 15 OCU.


Spesifikasi (F-16C Blok 30)
Kru: 1
Panjang: 49 ft 5 in
Lebar sayap: 32 ft 8 in
Tinggi: 16 ft
Luas sayap: 300 ft²
Airfoil: NACA 64A204 root and tip
Bobot kosong: 18,238 lb
Bobot terisi: 26,463 lb
Bobot maksimum lepas landas: 42,300 lb
Mesin: 1× Pratt & Whitney F100-PW-220 afterburning turbofan
Dorongan kering: 14,590 lbf
Dorongan dengan pembakar lanjut: 23,770 lbf
Alternate powerplant: 1× General Electric F110-GE-100 afterburning turbofan
Dry thrust: 17,155 lbf (76.3 kN)
Thrust with afterburner: 28,985 lbf (128.9 kN)
Kinerja
Laju maksimum: >Mach 2 (1,320 mph, 2,124 km/h) at altitude
Radius tempur: 340 mi on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs
Jarak jangkau ferri: >3,200 mi
Batas tertinggi servis: >55,000 ft
Laju panjat: 50,000 ft/min
Beban sayap: 88.2 lb/ft²
Dorongan/berat: F100 0.898; F110 1.095
Persenjataan
Senjata api: 1× 20 mm (0.787 in) M61 Vulcan gatling gun, 511 rounds
Roket: 2¾ in (70 mm) CRV7
Rudal:
Air-to-air missiles:
6× AIM-9 Sidewinder 
or 6× AIM-120 AMRAAM
or 6× Python-4

Air-to-ground missiles:
6× AGM-65 Maverick

or 4× AGM-88 HARM

Anti-ship missiles:
4× AGM-119 Penguin


Bom:
2× CBU-87 cluster
2× CBU-89 gator mine
2× CBU-97
4× GBU-10 Paveway
6× GBU-12 Paveway II
6× Paveway-series laser-guided bombs
4× JDAM
4× Mk 80 series
B61 nuclear bomb


F-16 Escort Indonesia One Presidential Plane
Sumber:
id.wikipedia.org/wiki/F-16_Fighting_Falcon