Pada
postingan saya yang sebelumnya membahas tentang pesawat tempur F-16 Fighting
Falcon yang diantaranya membahas spesifikasi dan rudal yang mampu diusung. Kali
ini saya mengutip sebagian artikel dari majalah Angkasa edisi no.7 april 2012
pada artikel Aerotech yang membahas tentang rudal air to ground AGM-8 HARM
dengan penulis Kol Pnb Agung “sharky” Sasongkojati.
Pertempuran modern tidak akan dimenangkan oleh pihak yang tidak
mempunyai kemampuan pengendalian udara (control
of the air) Untuk mencapai kemampuan ini maka harus dilaksanakan Operasi
Lawan Udara Ofensif untuk menghancurkan kemampuan pengendalian udara lawan.
Salah satunya dengan meluncurkan misi SEAD (Suppersion
of Enemy Air Defence) guna menetralisir dan melumpuhkan system pertahanan
udara lawan, khususnya radar dan rudal antipesawat.
Tindakan dilaksanakan antara lain
menghancurkan radar lawan dengan rudal antiradar. Rudal antiradar adalah alat
penghancur yang digunakan pesawat untuk menetralisir atau menghancurkan asset
elektronik lawan, baik peralatan radar peringatan dini(EWR), radar pengendali
penyergapan(GCI), radar penjejak rudal antipesawat, radar system pengendali
rudal antipesawat dan radar system pengendali arileri antipesawat. Tanpa
penggunaan rudal antiradar maka operasi udara akan memakan waktu, sulit, dan
mungkin mahal dengan hilangnya asset pesawat dan personel, karena banyaknya
rudal antipesawat generasi baru saat ini.
Tembak dan Tinggalkan
Rudal antiradar pertam kali
digunakan di perang Vietnam. Ketika itu pesawat AU dan AL AS menembakan AGM-45 Shrike (Shirke berasal dari badan rudal Sparrow)
yang cukup murah dan sederhana ke radar Vietnam Utara yang dibuat Uni Soviet.
Rudal ini bekerja dengan mengarah pada transmisi dari radar Utara dan merusak
atau menghancurkan antenna, radar, dan alat penerima/pemancar radara yang jadi
sasaran, sehingga tidak bisa digunakan sampai diperbaiki atau diganti.
Rudal AGM-88 HARM (High Sped Anti-Radiation Missile = rudal
antiradar kecepatan tinggi) aalah rudal udara kepermukaab berkecepatan
supersonic yang dirancang untuk mencari dan menghancurkan radar musuh yang
menjadi bagian dari system pertahanan udara. AGM-88 dapat mendeteksi menyerang,
dan menghancurkan target dengan keterlibatan awak pesawat yang minimal. Rudal
akan mendeteksi dan mengejar arah pancaran emisi radar dari sasaran yang ada
didarat atau radar terbang. Rudal ini memeiliki kemampuan membedakan antara
pancaran radar sasaran yang dituju dengan pancaran dari sejumlah pancaran
serupa didekat sasaran.
System ini memeiliki antenna tetap
dan kepala penjejak dihidung rudal untuk mengunci emisi radar musuh. Pesawat
F/A-18 dan EA-68 milik Al dan korps Marinir AS memiliki kemampuan menggunakan
AGM-88. Sedangkan setelah pensiunnya F-4G Wild Weasel, hanya F-16C AU AS yang
bisa mengoperasikan AGM-88. Rual memiliki motor roket pendorong berupa propelan
padat tanpa asap. Rudal versi B memiliki sensor penjejak dengan peningkatan
kemampuan piranti lunak serta memori elektronik terprogram.
AGM-88 mulai diproduksi secara penuh
mulai Maret 1983 setelah disetujui Dewan Peninjau Pengadaan Sistem Pertahanan
AS. AU melengkapi F-4G dengan AGM-88 untuk meningkatkan keampuhan dalam perang
elektronik. Rudal bekerja menggunakan system peringatan dan penyerangan radar
APR-47. Rudal itu merupakan proyek bersama AU dan AL AS. Selama ini HARM telah
membuktikan kesuksesannya dalam menghancurkan radar lawan dalam berbagai
operasi udara.
AGM-88A/B HARM merupakan evolusi
dari system rudal antiradiasi sebelumnya, yaitu AGM-45 Shrike dan STANDAR ARM. HARM menggabungkan berbagai fitur unggulan
dari rudal anti radar sebelumnya sambil memberikan kemampuan tambahan untuk
meningkatkan efektivitas operasional. Meskipun umumnya dalam penampilan dan
misi dengan Shrike yang telah diproduksi lebih dari 25 tahun, AGM-88 HARM beberapa kaki lebih panjang dari AGM-45 ,
memiliki diameter yang sedikit lebih besar secara keseluruhan.
Sistem rudal terdiri dari peluru
kendali, peluncur LAU-18 (V)1/A, pesawat peluncur, dan system avionic
pembidikan. System senjata memiliki kemampuan mendeteksi, memperoleh,
menampilkan, dan memilih pancaran radar ancaman dan meluncurkan rudal. HARM
menerima parameter target berupa jarak dan posisi dari pesawat peluncuran
sebelum penembakan. HARM menggunakan
parameter ini dan data posisi yang relevan untuk memproses arah pancaran
radar lawan yang masuk sehingga bisa memandu rudal HARM pada sasaran
diinginkan.
Rudal HARM memiliki kemampuan terminal homing atau mengunci arah sasaran sehingga praktis bisa melakukan
“tembak dan tinggalkan”. Fitur unggul tambahan diantaranya kecepatan tinggi,
asap sedikit, motor roket kuat, dan system penjejak dengan kepekaan tinggi yang
memungkinkan rudal untuk dengan mudah menyerang meski mendapat pancaran radar
lawan yang lemah atau tidak terlalu jelas.
Sumber:
Majalah
angkasa edisi no.7 april 2012
No comments:
Post a Comment