TERAPI
HUMANISTIK
Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere,
yang secara literal berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Psikologi
Eksistensial atau sekarang berkembang dengan nama psikologi Humanistik atau
psikologi holistic berawal dari kajian filsafat yang diawali dari Sorean
Kierkigard tentang eksistensi manusia.
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan
psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep- konsep dari filsafat
eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung
jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat
di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi,
kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada
gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan.
Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing
individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik
kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada
1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
Eksistensial Psychotherapies
Eksistensialis mencari makna eksistensi manusia,
dan menekankan pilihan dan individualitas (sebagai lawan dari gagasan bahwa
perilaku kita ditentukan dalam beberapa cara mekanistik). Martin Heidegger
(1889-1976) biasanya disebut sebagai tokoh filsafat eksistensial modern. Dalam
pandangan Heidegger, eksistensi manusia adalah proses, terus berkembang untuk
setiap individu. Tidak statis, tapi selalu menjadi sesuatu yang berbeda
(Hergenhahn, 1992). Unsur-unsur filsafat eksistensial terlihat dalam bentuk
psikoterapi yang dikembangkan oleh Ludrvig Binswanger dan lain-lain
Psikoterapis eksistensial fokus pada tema penting
dari kehidupan dan masalah klien, tetapi penekanannya adalah pada kualitas
hubungan terapeutik itu sendiri sebagai agen penting dari perubahan. Tugas
psikoterapi eksistensial adalah menantang klien untuk memeriksa kehidupan
mereka dan mempertimbangkan bagaimana kebebasan mereka terganggu. Yang membantu
mereka untuk menghilangkan hambatan, meningkatkan rasa pilihan mereka, dan
mengerahkan keinginan mereka.
Psikoterapi eksistensial berusaha untuk memahami
makna yang unik dari sudut pandang pengalaman klien yang subjektif dari dalam
diri individu atau dunia saat fenomenologisnya. Hubungan kolaboratif antara
klien dan terapis adalah penyembuhan dalam dirinya sendiri, dan tidak
bergantung konseptual pada “repair model” (Walsh & McElwain.2002, p.272).
Pendekatan eksistensial bukanlah bentuk yang
paling banyak dipraktekkan psikoterapi, namun para praktisi melihatnya sebagai
kontras yang menyegarkan untuk terapi mekanistik lebih bekerja keras dalam
mempromosikannya, mengutip dukungan eksperimental berkembang di beberapa daerah
(Cain & Seeman, 2002). Hal ini juga penting dalam mengatur adegan untuk
terapi humanistik yang lebih populer, terutama Carl Rogers berpusat pada terapi
klien.
KONSEP-KONSEP
UTAMA :
1.
Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan
untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin besar kesadaran
dirinya, maka semakin besar pula kebebasannya untuk memilih
altrnatif-alternatif. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan
tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
2.
Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Kesadaran akan kebebasan dan
tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada
manusia. Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya
dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (Nonbeing)
3.
Penciptaan Makna
Manusia berusaha untuk menemukan
tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi
kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian. Manusia
memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang
bermakna. Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri, yakni
mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Apabila gagal mengaktualisasikan
dirinya, maka ia bisa menjadi sakit.
TUJUAN :
·
Bugental (1965) menyebutkan bahwa keotentikan
sebagai urusan utama psikoterapi dan nilai eksistensial pokok.
Terdapat tiga karakteristik dari
keberadaan otentik :
1. Menyadari
sepenuhnya keadaan sekarang
2. Memilih
bagaimana hidup pada saat sekarang
3. Memikul
tanggung jawab untuk memilih.
·
Klien yang neurotic adalah orang yang kehilangan
rasa ada, dan tujuan terapi adalah membantunya agar ia memperoleh atau
menemukan kembali kemanusiaannya yang hilang.
Pada dasarnya, tujuan terapi
eksistensial adalah :
1. meluaskan
kesadaran diri klien
2. meningkatkan
kesanggupan pilihannya
3. menjadi
bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
FUNGSI DAN
PERAN TERAPIS
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi
Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
·
Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke
pribadi
·
Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
·
Mengakui sifat timbale balik dari hubungan
terapeutik.
·
Berorientasi pada pertumbuhan
·
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan
klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
·
Mengakui bahwa putusan-putusan dan
pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
·
Memandang terapis sebagai model, bisa secara
implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
·
Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan
pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
·
Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien
serta meningkatkan kebebasan klien.
CLIENT
CENTERED THERAPY
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered
sebagai reaksi terhadap apa yang disebutkannya keterbatasan-keterbatasan
mendasar dari psikoanalisis. Client-centered adalah cabang khusus dari terapi
humanistik yang menggarisbawahi tindakan mengalami klien berikutnya dunia
subjektif dan fenomenalnya.
Terapis berfungsi terutarna sebagai penunjang
pertumbuhan pribadi kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan
kesanggupankesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan
client-centered manaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk
mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
Client Centered Theory sering pula dikenal
sebagai teori nondirektif dimana tokoh utamanya adalah Carl Rogers. Rogers
adalah seorang empirisme yang mendasarkan teori-teorinya pada data mentah, ia
percaya pentingnya pengamatan subyektif, ia percaya bahwa pemikiran yang teliti
dan validasi penelitian diperlukan untuk menolak kecurangan diri
(self-deception).
Rogers membangun teorinya ini berdasarkan
penelitian dan observasi langsung terhadap peristiwa-peristiwa nyata, dimana
pada akhirnya. ia memandang bahwa manusia pada hakekatnya adalah baik.
Oleh karena itu konseling client-centered berakar
pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat keputusan-keputusan, sebab klien
merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya, dan pantas menemukan tingkah
laku yang pantas bagi dirinya.
Pendekatan client centered merupakan corak yang
dominan yang digunakan dalam. pendidikan konselor. Salah satu alasannya adalah,
terapi client centered memiliki sifat keamanan. Terapi client centered menitik
beratkan mendengar aktif, memberikan resfek kepada klien, memperhitungkan
kerangka acuan intemal klien, dan menjalin kebersamaan dengan klien yang
merupakan kebalikan dari menghadapi klien dengan penafsiran-penafsiran. Para
terapis client centered secara khas merefleksikan isi dan perasaan-perasaan,
menjelaskan pesan-pesan, membantu para.
PROSES
KONSELING
fokus utamanya menekankan pengalaman yang
dirasakan oleh klien. Pada awal proses konseling tidak difokuskan pada masalah,
tujuan dan prilaku.
TUJUAN
Tujuan dasar terapi client centered adalah
Tujuan dasar terapi client centered adalah
·
Meningkatkan harga diri
·
Memperluas keterbukaan terhadap pengalaman hidup
Beberapa kritik lain terhadap client centered:
·
Terlalu menekankan pada aspek afektif,
emosional, perasaan sebagai penentu prilaku, tetapi melupakan faktor ineraktif,
kognitif dan rasional
·
Penggunaan informasi untuk membantu klien, tidak
sesuai dengan teori
·
Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan
diri, dirasa terlalu luas, umum dan longgar sehingga sulit untuk menilai setiap
individu
·
Tujuan ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan
konseling kadang-kadang dibuat tergantung lokasi konselor dan klien
·
Meskipun terbukti bahwa konseling client
centered diakui efektif , tapi bukti-bukti tidak cukup sistematis dan lengkap
terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggung j awabnya
·
Sulit bagi konselor untuk benar-benar bersifat
netral dalam situasi hubungan interpersonal
Namun dernikian dalam sumber lain dikatakan bahwa
konseling client centered elah memberikan kontribusi dalam hal:
·
Pernusatan pada klien dan bukan pada konselor
dalam konseling
·
Idenifikasi dan penekanan hubungan konseling
sebagai wahana utama, dalam mengubah kepribadian
·
Lebih menekankan pada sikap konselor daripada
teknik
·
Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian
dan penemuan kuantitatif
·
Penanganan emosi, perasaan dan afektif dalam
konseling.
CIRI-CIRI
CLIENT CENTERED THERAPY
Rogers (1974, h. 213-214) menguraikan ciri-ciri
yang membedakan pendekatan client-centered dari pendekatan-pendekatan lain :
·
Pendekatan client centered difokuskan pada
tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi
kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai sebagai orang yang paling
mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang
lebih panas bagi dirinya.
·
Pendekatan client centered menekankan dunia
fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami
klien. Dengan simpati yang cermat dan dengan usaba untuk memahami kerangka
acuan internal klien, terapis memberikan perhatian terutama pada persepsi diri
klien dan persepsinya terhadap dunia.
TEKNIK
TERAPI
a.
Penekanan awal pada refleksi perasaan the person
centered yang pada dasarnya adalah pernyataan ulang yang sedrhana dari apa yang
dikatakan klien.
b.
Evolusi metode person centered. Filosofi the person
centered di dasarkan pada asumsi bahwa klien memiliki akal untu bergerak positif
tanpa bantuan konselor.
c.
Peran penilaian. Penilaian sering di pandang sebagai
prasyarat untuk proses tritmen. Beberapa kesehatan mental menggunakan berbagai
procedure penilaian termasuk diagnostic, identifikasi kekuatan klien dan
kewajiban pengerjaan test.
d.
Penerapan filosofi dari pendekatan the person centered diterapkan
untuk bekerja individu, kelompok maupun keluarga. Pendekatan the person cetered
juga telah terbukti sebagai terapi yang layaK dan lebih berorientasi, filosofi
dasar dari the person centered memiliki penerapan untuk pendidikan SD hinga
lulus.
e.
Aplikasi untuk krisis intervensi. Pendekatan the person
centered terutama berlaku dalam krisis intervensi seperti kehamilan yang tidak
diinginkan, penyakit, peristiwa bencana dan kehilangan orang yang dicintai.
Dalam krisis intervensi seseorang yang mengalaminya butuh dorongan motivasi
dari orang-orang sekitarnya, kepedulian dan berusaha untuk menempatkan
posisinya.
f.
Aplikasi untuk kelompok konseling. Pendekatan the
person centered menekankan peran unik dari kelompok konselor sebagai
fasilitator dan bukan pemimpin.
LOGOTHERAPY
Logotherapy dikembangkan oleh ahli saraf dan psikiater Viktor
Frankl. Viktor E. Frankl dilahirkan di Wina, Austria pada tanggal 26 Maret
1905. Logoterapi dilandasi keyakinan bahwa itu adalah berjuang untuk menemukan
makna dalam kehidupan seseorang yang utama, yang paling kuat memotivasi dan
pendorong dalam manusia.
PRINSIP-PRINSIP DASAR
Gagasan Logotherapy diciptakan dengan Yunani kata logos (“yang
berarti”). Konsep Frankl ini didasarkan pada premis bahwa kekuatan
motivasi utama dari seorang individu adalah untuk menemukan makna hidup.
Daftar berikut merupakan prinsip prinsip dasar
logoterapi:
- Kehidupan memiliki makna dalam keadaan apapun, bahkan yang paling menyedihkan.
- Motivasi utama kami untuk hidup adalah keinginan kita untuk menemukan makna hidup.
- Kami memiliki kebebasan untuk menemukan makna dalam apa yang kita lakukan, dan apa yang kita alami, atau setidaknya dalam berdiri kita ambil ketika dihadapkan dengan situasi penderitaan berubah.
Jiwa manusia disebut di beberapa asumsi
logoterapi, tetapi penggunaan istilah roh tidak “spiritual” atau
“religius”. Dalam pandangan Frankl, roh adalah kehendak
manusia. Penekanannya, karena itu, adalah pada pencarian makna, yang tidak
selalu mencari Tuhan atau
makhluk supernatural lainnya. Frankl juga mencatat hambatan untuk pencarian
manusia untuk makna dalam kehidupan. Dia memperingatkan terhadap
“kemakmuran, hedonisme ,
[dan] materialisme …
” dalam pencarian makna. Tujuan hidup dan makna hidup konstruksi
muncul dalam tulisan-tulisan logoterapi Frankl dengan hubungan dengan vakum
eksistensial dan kemauan untuk makna, serta orang lain yang
telah berteori tentang dan didefinisikan psikologis
yang positif berfungsi. Frankl mengamati bahwa mungkin
secara psikologis merusak ketika pencarian seseorang akan makna diblokir.
Tujuan hidup yang positif dan makna dikaitkan
dengan keyakinan yang kuat agama, keanggotaan dalam kelompok, dedikasi untuk
penyebab, nilai-nilai kehidupan, dan tujuan yang jelas. Perkembangan
dewasa dan kematangan teori
mencakup tujuan dalam konsep hidup. Kematangan menekankan pemahaman yang
jelas tentang tujuan hidup, directedness, dan intensionalitas yang
berkontribusi pada perasaan bahwa hidup ini bermakna.
Ide Frankl yang dioperasionalkan oleh Crumbaugh
dan Tujuan Maholick dalam hidup (PIL) tes, yang mengukur makna individu dan
tujuan dalam hidup. Dengan tes, peneliti menemukan bahwa makna hidup
dimediasi hubungan antara religiusitas dan kesejahteraan; stres tak terkendali
dan penggunaan narkoba, depresi dan self-pengurangan. Crumbaugh menemukan bahwa
Mencari dari niskala Uji
Gol (LAGU) adalah ukuran komplementer dari PIL. Sementara PIL mengukur
keberadaan makna, LAGU mengukur orientasi terhadap makna. Sebuah skor
rendah dalam PIL namun skor tinggi dalam LAGU, akan memprediksi hasil yang
lebih baik dalam penerapan Logotherapy.
MENEMUKAN MAKNA
Menurut Frankl, “Kita dapat menemukan makna dalam
hidup dalam tiga cara yang berbeda:
(1) dengan menciptakan pekerjaan atau melakukan
perbuatan,
(2) dengan mengalami sesuatu atau menghadapi
seseorang, dan
(3) oleh sikap kita ambil menuju dihindari
penderitaan “dan bahwa” segala sesuatu yang dapat diambil dari seorang pria
tapi satu hal:. yang terakhir dari kebebasan manusia – untuk memilih sikap
dalam setiap himpunan keadaan ” Pada makna penderitaan, Frankl memberikan
contoh berikut:
“Sekali, seorang dokter umum tua berkonsultasi
dengan saya karena depresi yang parah. Dia tidak bisa mengatasi kehilangan
istrinya yang telah meninggal dua tahun sebelum dan yang ia cintai di atas
segalanya. Sekarang bagaimana aku bisa membantunya? Apa yang harus kukatakan ?
dia aku menahan diri untuk menceritakan apa-apa, tapi malah dihadapkan dia
dengan pertanyaan, “Apa yang akan terjadi, Dokter, jika Anda sudah mati lebih
dulu, dan istri Anda akan harus bertahan hidup Anda:?” “Oh,” katanya, “untuknya
ini akan menjadi mengerikan, bagaimana dia akan menderita!” Mendengar itu saya
menjawab, “Anda lihat, Dokter, penderitaan tersebut telah diselamatkan, dan itu
adalah Anda yang telah terhindar nya penderitaan ini, tetapi sekarang, Anda memiliki
untuk membayar untuk itu dengan selamat dan berkabung nya. “Dia mengatakan
tidak ada kata tapi menjabat tangan saya dan dengan tenang meninggalkan
kantor.
Frankl menekankan bahwa mewujudkan nilai
penderitaan bermakna hanya ketika dua kemungkinan kreatif tidak tersedia
(misalnya, di kamp konsentrasi) dan hanya jika penderitaan tersebut tidak bisa
dihindari – dia tidak mengusulkan bahwa orang menderita tidak perlu.
FILOSOFI DASAR LOGOTERAPI
Frankl menggambarkan implikasi metaclinical dari
logoterapi dalam bukunya The Will Makna: Yayasan dan Aplikasi
Logotherapy. Dia percaya bahwa tidak ada psikoterapi terlepas dari teori
manusia. Sebagai seorang psikolog eksistensial, ia inheren tidak setuju
dengan “model mesin” atau “model tikus”, karena merusak kualitas manusia
manusia. Sebagai seorang ahli saraf dan psikiater, Frankl mengembangkan
pandangan unik determinisme untuk
hidup berdampingan dengan tiga pilar dasar logoterapi (kebebasan
kehendak). Meskipun Frankl mengakui bahwa manusia tidak pernah bisa bebas
dari setiap kondisi, seperti, biologis, sosiologis, psikologis atau penentu,
berdasarkan pengalamannya dalam Holocaust, ia percaya bahwa manusia adalah
“mampu melawan dan menantang bahkan kondisi terburuk”. Dalam melakukan seperti
itu, manusia dapat melepaskan diri dari situasi, dirinya, memilih sikap tentang
dirinya sendiri, menentukan determinan sendiri, sehingga membentuk karakter
sendiri dan menjadi bertanggung jawab untuk dirinya sendiri.
PANDANGAN LOGOTHERAPEUTIC DAN PENGOBATAN
- Mengatasi kecemasan
Dengan mengenali tujuan keadaan kita, seseorang
dapat menguasai kecemasan. Anekdot tentang penggunaan ini logoterapi
diberikan oleh New York Times penulis Tim Sanders, yang menjelaskan
bagaimana dia menggunakan konsep untuk meringankan stres fellow travellers
maskapai dengan meminta mereka tujuan perjalanan mereka. Ketika ia
melakukan hal ini, tidak peduli seberapa menyedihkan mereka, perubahan sikap
seluruh mereka, dan mereka tetap bahagia sepanjang penerbangan. Secara
keseluruhan, Frankl percaya bahwa individu cemas tidak mengerti bahwa kecemasan
adalah hasil dari berurusan dengan rasa “tanggung jawab terpenuhi” dan akhirnya
kurangnya makna.
Frankl menyebutkan dua patogen neurotik:
hiper-niat, niat yang dipaksa menuju suatu tujuan yang membuat akhir yang tak
terjangkau, dan hiper-refleksi, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri yang
menghambat upaya untuk menghindari neurosis yang
orang berpikir diri cenderung. Frankl mengidentifikasi kecemasan
antisipatif , takut hasil yang diberikan yang membuat hasil
yang lebih mungkin. Untuk meringankan kecemasan antisipatif dan mengobati
yang dihasilkan neurosis, logoterapi menawarkan niat
paradoks , dimana pasien bermaksud untuk melakukan kebalikan
dari tujuan hiper-dimaksudnya.
Seseorang, kemudian, yang takut (yaitu mengalami
kecemasan antisipatif atas) tidak mendapatkan tidur malam yang baik mungkin
mencoba terlalu keras (yaitu, hiper-berniat) untuk tertidur, dan ini akan
menghambat kemampuannya untuk melakukannya. Sebuah logotherapist akan
merekomendasikan, bahwa ia pergi ke tempat tidur dan sengaja mencoba untuk
tidak jatuh tertidur. Ini akan meringankan kecemasan antisipatif yang
membuatnya terjaga di tempat pertama, sehingga memungkinkan dia untuk tertidur
dalam jumlah yang diterima waktu.
- Depresi
Viktor Frankl percaya depresi terjadi pada
psikologis, fisiologis, dan spiritual tingkat. Pada tingkat
psikologis, ia percaya bahwa perasaan tidak mampu melakukan tugas berasal dari
luar kemampuan kita. Pada tingkat fisiologis, ia mengakui “rendah vital”,
yang didefinisikan sebagai “berkurangnya energi fisik”. Akhirnya, Frankl
percaya bahwa pada tingkat spiritual, orang depresi menghadapi ketegangan
antara yang benar-benar dia dalam kaitannya apa yang seharusnya
dia. Frankl menyebut hal ini sebagai menganga jurang. Akhirnya
Frankl menunjukkan bahwa jika tujuan tampaknya tidak terjangkau, seseorang
kehilangan rasa masa depan dan dengan demikian berarti mengakibatkan
depresi. Dengan demikian logoterapi bertujuan “untuk mengubah Sikap
pasien terhadap penyakitnya serta arah hidupnya sebagai tugas “.
- Obsesif-kompulsif
Frankl percaya bahwa mereka yang menderita
gangguan obsesif-kompulsif tidak memiliki rasa penyelesaian bahwa kebanyakan
orang lain miliki. Alih-alih memerangi kecenderungan untuk mengulangi
pikiran atau tindakan, atau berfokus pada perubahan gejala individu dari
penyakit, terapis harus fokus pada “transform [ing] neurotik sikap terhadap
neurosis nya”. Oleh karena itu, penting untuk mengenali bahwa pasien
“tidak bertanggung jawab atas ide obsesif nya”, tapi “dia pasti bertanggung
jawab atas sikapnya terhadap ide-ide “. Frankl menyarankan bahwa penting
bagi pasien untuk mengenali kecenderungan ke arah kesempurnaan sebagai takdir,
dan karena itu, harus belajar untuk menerima beberapa derajat ketidakpastian.
Pada akhirnya, setelah premis logoterapi, pasien akhirnya harus mengabaikan
pikiran obsesif dan menemukan makna dalam hidupnya meskipun pikiran seperti
itu.
- Skizofrenia
Meskipun logoterapi tidak dimaksudkan untuk
menangani gangguan yang parah, Frankl percaya logoterapi yang bisa menguntungkan
bahkan mereka yang menderita skizofrenia. Dia mengakui akar skizofrenia
pada disfungsi fisiologis. Pada disfungsi ini, skizofrenia yang
“mengalami dirinya sebagai obyek “bukan sebagai subjek. 208 Frankl
menyarankan bahwa skizofrenia bisa dibantu dengan logoterapi dengan terlebih
dahulu diajarkan untuk mengabaikan suara dan untuk mengakhiri persisten
pengamatan-diri. Kemudian, selama periode yang sama ini, skizofrenia
harus dipimpin ke arah kegiatan yang berarti, sebagai “bahkan untuk skizofrenia
tetap ada bahwa residu kebebasan terhadap nasib dan arah penyakit dimana
manusia selalu memiliki, tidak peduli seberapa sakit ia mungkin, dalam segala
situasi dan pada setiap saat dalam kehidupan, untuk . yang terakhir “
- Pasien Terminally-sakit
Pada tahun 1977, Terry Zuehlke dan John Watkins
melakukan studi menganalisis efektivitas logoterapi dalam merawat pasien
terminally-sakit. Desain studi yang digunakan 20 laki-laki Veteran
Administrasi relawan yang secara acak ditugaskan untuk salah satu dari dua kemungkinan
pengobatan – (1) kelompok yang menerima 8-45 menit sesi selama 2 minggu dan (2)
kelompok digunakan sebagai kontrol yang menerima pengobatan
tertunda. Setiap kelompok diuji pada 5 skala – yang MMPI K Skala , MMPI L Skala, Death
Anxiety Skala, Brief Psychiatric Rating Scale, dan Tujuan Hidup
Test. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan keseluruhan
antara kontrol dan kelompok perlakuan. Sementara analisis univariat
menunjukkan bahwa ada perbedaan kelompok yang signifikan dalam 3/5 dari
tindakan tergantung. Hasil ini mengkonfirmasi gagasan bahwa pasien
terminally-sakit bisa mendapatkan keuntungan dari logoterapi dalam menghadapi
kematian.
Ada tiga asas utama logoterapi yang menjadi
inti dari terapi ini, yaitu:
- Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dankepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berhargadan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikantujuan hidup.
- Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih makna atas setiapperistiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif atupun makna yangnegatif. Makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna
- Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap terhadap peristiwatragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungansekitar. Contoh yang jelas adalah seperti kisah Imam Ali diatas, ia jelas-jelasmendapatkan musibah yang tragis, tapi ia mampu memaknai apa yang terjadi secarapositif sehingga walaupun dalam keadaan yang seperti itu Imam tetap bahagia.
AJARAN LOGOTERAPI
Ketiga asas itu tercakup dalam ajaran logoterapi
mengenai eksistensi manusia dan maknahidup sebagai berikut:
- Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
- Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
- Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
- Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values).
TUJUAN LOGOTERAPI
Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap
pribadi:
- memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada padasetiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
- menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dandiabaikan bahkan terlupakan;
- memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mamputegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna
PANDANGAN LOGOTERAPI TERHADAP MANUSIA
- Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan danspiritual Unitas bio-psiko-spiritual.
- Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi dengandimensi ragawai dan kejiwaan. Perlu dipahami bahwa sebutan “spirituality” dalam logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan karena dimens ini dimiliki manusia tanpa memandang ras, ideology, agama dan keyakinannya. Oleh karena itulah Franklmenggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama.
- Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu melakukan self-detachment, yaknidengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilaidirinya sendiri.
- Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksidengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolahlingkungan fisik di sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, Hendro. Psikologi Umum Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Pervin, Lawrence A. 2004. Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian Edisi
Kesembilan. Jakarta:
Prenada Media Group.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafinfo
Persada.
No comments:
Post a Comment